Angka-angka dan
bilangan-bilangan yang ada pada saat ini tidak langsung ada begitu saja.
Angka-angka dan bilangan-bilangan tersebut berasal dari nenek moyang kita semua
yang mendapatkannya dari hal yang sederhana lalu mereka mengembangkannya. Dan
akhirnya jadilah angka-angka dan bilangan-bilangan seperti apa yang telah ada
pada saat ini.
Bangsa Mesir Kuno sejak
tahun 2500 SM telah mengembangkan matematika . Bahkan perkembangan-perkembangan
matematika sampai sekarang ini tidak lepas dari atau bersumber dari
pemikiran-pemikiran bangsa Mesir Kuno. Bangsa Mesir Kuno menciptakan berbagai
system perhitungan dan mereka juga memperkenalkan bilangan dengan pemahaman
yang mudah dipahami dan sederhana.
Bangsa Mesir Kuno telah
mengenal alat tulis sederhana yang menyerupai kertas yang mereka menyebutnya
papyrus. Mereka menulis menggunakan semacam pena yang tintanya berwarna hitam
atau merah. Tulisan Mesir Kuno terkenal dengan nama hieroglif.
Satu satunya sumber
informasi dalam matematika Mesir Kuno adalah matematika moskow Papyrus dan
matematika Rhind papyrus, Matematika moskow Papyrus telah tercatat sejak tahu
1850 SM, Sewaktu Abraham V.S Golenishchev memperolehnya di
tahun 1893 dan membawanya ke Moskow.
Permasalahan yang paling menarik dari matematika Papirus
Moskow adalah masalah mengenai perhitungan volume dari sebuah limas, dengan
menggunakan rumus yang benar, limas adalah sebuah piramida dengan potongan yang
sama pada puncaknya. Jika limas tersebut adalah limas dengan alas persegi dan
sisi alasnya adalah a dan garis yang menghubungkan alas dengan puncak limas
adalah sisi b dan jika tingginya adalah h , mereka orang orang mesir kuno
menyatakan volume dari limas adalah : h (a2+ ab + b2).
Catatan, Jika b=0, kita akan
menyatakan rumus volume piramida dengan alas persegi yaitu a2x h.
Kita, tidak tahu bagaimana orang
orang mesir menemukan rumus ini, mungkin dengan hanya mencoba coba.
Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno
menggunakan sistem bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem
jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan
membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. Para
ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan
berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga
didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak
termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan
jempol.
Pada tahun 2450 SM, orang-orang Mesir kuno telah memulai
perhitungan tentang unsur-unsur segitiga dan menemukan segitiga keramat dengan
sisi-sisi 3, 4 dan 5. Dalam perancangan Piramida Cherpen, orang-orang Mesir
Kuno menggunakan konsep Segitiga Suci Mesir (Sacred Triangle) dengan
perbandingan sisi-sisinya 3:4:5 yang dengan nama lain disebut sebagai segitiga
Phytagorean dan pada Piramida Khufu disebut Segitiga Emas (The Golden
Triangle). Dengan mengukur batang menurut garis dari jaringan geometri
diheptagonal. Proyek Piramida Cherpen dan Khufu menggunakan metode pengukuran
dan nilai esoteric yang berbeda.
Penyelidikan-penyelidikan yang baru agaknya menunjukkan
bahwa orang Mesir Kuno mengetahui bahwa luas setiap segitiga ditentukan oleh
hasil kali alas dan tinggi. Beberapa soal nampaknya membahas cotangent dari
sudut dihedral antara alas dari sebuah permukaan piramida, dan beberapa lagi
menunjukkan perbandingan.
Tahun 1650 SM,
orang-orang Mesir Kuno menemukan nilai phi yaitu 3,16. Luas sebuah
lingkaran dipandang sama dengan kuadrat 8/9 kali garis tengahnya.
Phytagoras sudah tahu tentang luas sisi miring ini sejak
2500 tahun yang lalu. Tapi tahukah anda bahwa ia memperoleh pengetahuan itu
dari orang Mesir Kuno? Saat masih muda, Pythagoras berguru kepada Thales (salah
satu orang paling bijaksana di Athena), dan sang guru menyarankan Phytagoras
muda pergi ke Mesir untuk belajar matematika.
Dari pengamatan Pythagoras melihat orang-orang
Mesir menggunakan mistar dan tali pembanding untuk menghitung tinggi bangunan –
maka ia terinspirasi untuk membuat hukum matematika untuk menghitung tinggi dan
sisi miring segitiga siku-siku. Dari kunjungan ke Mesir itulah Pythagoras lalu
memperkenalkan prinsip yang kita kenal dengan hukum Pythagoras.
Semoga Bermanfaat....,
Terimakasih..............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar